Program KAIL (Kuatkan Ekonomi Kecil) adalah jembatan untuk para donatur yang ingin memberikan “kail” kepada masyarakat kecil untuk memperbaiki kualitas hidup mereka.
Kami menyalurkan donasi Anda untuk para pelaku ekonomi mikro dalam bentuk modal kerja.
Program dirancang dengan pendekatan “pemberdayaan”, bukan “santunan”. Program disertai dengan aktivitas pendampingan dan monitoring pengelolaan usaha. Program dirancang supaya dana yang terkumpul dari para donatur bersifat dana bergulir.
| Program |
Donasi disalurkan dalam bentuk MODAL BERGULIR bagi pelaku ekonomi mikro.
- Sebelum penyertaan modal diberikan, Agnia Care melakukan evaluasi kelayakan seorang pelaku usaha mikro untuk menerima modal, demi memastikan kemungkinan yang bersangkutan untuk “mengembalikan” modal.
- Dengan penyertaan modal, Agnia Care akan meminta komitmen infak dari penerima donasi sesuai dengan kemampuan usaha si penerima donasi sebagai upaya pengembalian modal.
Selanjutnya, seluruh infak yang terkumpul akan menjadi modal kerja untuk para pelaku-pelaku usaha kecil lainnya yang membutuhkan.
| Implementasi |
____Baso Mang Munir____
Tahun 2020 lalu, Mang Munir benar-benar merasakan beratnya kehidupan di tengah-tengah kondisi masyarakat yang terhimpit akibat pandemi COVID-19. Usaha baso di depan teras rumahnya nyaris tidak ada pengunjung dan hampir gulung tikar.
Agnia Care memberikan jalan keluar dengan memberikan modal usaha dan memberikan tempat usaha yang lebih strategis di lingkungan rumah makan Saung Panyawah, milik pesantren Idrisiyyah.
Kini Mang Munir bersama keluarganya bahu-membahu membesarkan usaha basonya, siang dan malam. Program pemberdayaan ekonomi yang digagas oleh Agnia Care telah memberikan harapan bagi kehidupan yang lebih baik.
____Nasi Goreng "Morse"____
Kang Yusuf terpaksa pulang ke Tasikmalaya di akhir 2020 karena melanjutkan usaha di Bandung dirasakan terlalu berat. Kondisi pandemi di Bandung benar-benar menghimpit kehidupan Kang Yusuf dan keluarganya. Maka tidak ada pilihan lain kecuali pulang ke Tasikmalaya, daripada tinggal di Bandung dengan kondisi yang tidak menentu.
Namun apa daya, dia dan keluarga pulang ke Tasikmalaya nyaris dengan tangan hampa karena semua hasil usaha yang didapatkan selama tinggal di Bandung tidak cukup untuk memulai kembali kehidupan di Tasikmalaya.
Dengan modal seadanya dan segala peralatan nasi goreng peninggalan almarhum ayah mertuanya, Kang Yusuf bersama istri mencoba peruntungan dengan berjualan nasi goreng di depan pesantren Idrisiyyah, Tasikmalaya.
Tim Agnia Care melihat bahwa usaha nasi goreng yang baru dibuka beberapa hari tersebut memiliki potensi yang baik ke depan karena memiliki cita rasa yang khas dan terbukti banyak mendatangkan pelanggan baru.
Untuk itu Agnia Care menawarkan program pemberdayaan ekonomi dimana Agnia Care memberikan dana pinjaman tanpa bunga untuk membantu melengkapi peralatan usaha dan membayar sewa tempat di kompleks usaha Saung Panyawah, milik pesantren Idrisiyyah, Tasikmalaya. Bahkan dengan adanya bantuan pinjaman tanpa bunga tersebut, Kang Yusuf tidak hanya berjualan nasi goreng bahkan bisa berjualan bubur ayam yang juga memiliki rasa yang khas Tasikmalaya, dengan nama Bubur Ayam dan Nasi Goreng “Morse”. Nama yang mengingatkan Kang Yusuf pada alamat rumahnya yang ditinggalkan di Bandung.
Kini Kang Yusuf dapat berusaha dengan tenang. Meskipun pandemi belum usai, tapi kondisi masyarakat Tasikmalaya dirasakan lebih memberikan harapan untuk perbaikan hidup di masa mendatang.